Polusi Udara Vs Kesehatan Paru
Jakarta tercatat sebagai kota dengan polusi udara terburuk di dunia awal Agustus lalu. Musim kemarau berkepanjangan, peningkatan emisi gas buang industri, kendaraan bermotor dan pembangkit listrik ditengarai menjadi penyebab utamanya.
Kualitas udara di suatu titik atau wilayah, apabila dilihat berdasarkan nilai Air Quality Index, dapat berada antara kualitas baik (<50), sedang (51-100), kurang sehat (101-150), tidak sehat (151-200), sangat tidak sehat (201-300) dan berbahaya (>300). Pada satu waktu tertentu bisa berada pada AQI baik (< 50) dan bisa juga pada AQI yang buruk (>150).
Penting bagi masyarakat untuk mengetahui kadar AQI saat bermaksud beraktivitas ke luar rumah. Pada saat AQI berkisar antara 100-150 maka kelompok sensitif sudah harus waspada dan jika angkanya (>150) semua kelompok masyarakat harus waspada. Ada beberapa hal yang harus jadi perhatian.
Aplikasi AirVisual mencatat, pada pagi hari 25/6/19, nilai air quality index (AQI) di Jakarta sangat mengkhawatirkan, karena mencapai angka 240. Padahal batas maksimal udara berkualitas baik dan bersih maksimal hanya 50 saja. Berikut ini tabel pengukuran AQI:
Menurut dr. Feni Fitriani Taufik, Sp. P (K), M.Ked selaku dokter spesialis paru dan pernapasan konsultan paru kerja dan lingkungan yang berpraktik di RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, dampak polusi udara sangat berbahaya terhadap kesehatan paru-paru.
Sebagai organ pernapasan paling akhir, paru-paru menjadi tempat bersarangnya partikel-partikel sangat kecil dan berbahaya yang terkandung dalam polusi udara.PM2.5 itu ukurannya halus sekali, 100 kali lebih halus daripada satu helai rambut. Terbayang, bila terus terhirup dalam jangka panjang akan meningkatkan jumlah radikal bebas yang tidak dapat dinetralisir oleh antioksidan alami dalam tubuh kita.
Hal ini kemudian merangsang terjadinya perubahan sel dalam saluran pernapasan, diserap ke pembuluh darah, dan menyebar ke berbagai organ tubuh. Dalam waktu yang lama akan terjadi peradangan sistemik, penurunan fungsi paru, merangsang terbentuknya risiko penyempitan pembuluh darah, bahkan memicu sejumlah penyakit kronik seperti kanker paru, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), stroke, penyakit jantung, serta diabetes.
Mungkin akan sulit bagi kita untuk pindah tempat tinggal atau tempat beraktivitas dari kota yang berpolutan tinggi. Maka itu, sangat penting untuk selalu menjaga kesehatan organ paru kita, agar tidak terjadi gangguan kesehatan di masa mendatang.
Berikut ini tips menjaga kesehatan paru dari dr. Feni:
- Jalani pola hidup yang sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi dan berolahraga rutin untuk menjaga daya tahan tubuh.
- Stop kebiasaan merokok. Udara yang kita hirup kualitasnya sudah sangat buruk, jangan diperparah dengan kebiasaan merokok.
- Gunakan masker, apabila keluar rumah saat kualitas udara tidak sehat. Masker yang ideal adalah dengan tipe N95 yang efektif menangkal partikel PM2.5 hingga 95 persen karena dilengkapi dengan lapisan penyaring khusus, penggunaannya harus secara benar, tidak ada kebocoran sehingga fungsi perlindungannya juga optimal. Namun ada keterbatasan penggunaan masker N95 yaitu rasa tidak nyaman bagi penggunanya karena pemasangannya harus rapat.
- Hindari terlalu lama berada di luar ruangan, terutama pada daerah berpolutan tinggi atau pada saat kadar polutan tinggi. Anda bisa mengunduh aplikasi Air Visual atau semacamnya, sebelum bepergian ke suatu daerah untuk mengecek kualitas udara di daerah tersebut
- Cek berkala kesehatan paru Anda. (NN)
Tidak ada komentar